-->

19 November 2016

Makalah Humanisme Dan Renainsanse (Gerakan Ilmu Dan Awal Filsafat Modern)



A. Latar Belakang

     Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat Barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.

B. Rumusan Masalah

a)      Pengertian humanisme?
b)      Pengertian renaisans?
c)      Latar Belakang Lahirnya Humanisme dan Renaissance

C. Pembahasan

a. Pengertian Humanisme

Pada dasarnya istilah humanisme mempunyai riwayat dan pemaknaan yang kompleks. Humanisme sebagai sebuah istilah mulai dikenal dalam wacana filsafat sekitar abad ke 19. Menurut K. Bertens, istilah humanisme pertama kali digunakan dalam literature di Jerman, sekitar tahun 1806 dan di Inggris sekitar tahun 1860.

Humanisme diawali dari term humanis atau humanum (yang manusiawi) yang lebih jauh dikenal, yaitu mulai sekitar masa akhir zaman skolastik di Italia. Istilah humanis (humanum) tersebut dimaksudkan untuk menggebrak kebekuan gereja yang memasung kebebasan, kreatifitas, dan nalar manusia yang diinspirasi dari kejayaan kebudayaan Rumawi dan Yunani. Gerakan humanis berkembang dan menjadi cikal bakal lahirnya renaissance di Eropa.

Berdasarkan catatan sejarah, humanisme memperoleh pengakuan pada abad ke- 14 di Italia melalui pemajangan berbagai literature dan ekspresi seni Yunani dan Rumawi pra Kristen, yang ditemukan kembali oleh para pastur, di dinding-dinding museum. Ciri khas humanisme adalah sikap keberagamaan yang inklusif. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai karya Plato dan Aristoteles yang mengusung kandungan moral dari Injil. Puncak dari humanisme jenis ini dicapai oleh Erasmus, seorang sarjana Belanda dari Rotterdam pada abad ke-16.

Model humanisme yang kedua dinamakan Neo Humanisme. Neo-Humanisme berkembang pada abad ke-18 ketika para seniman, filsuf dan kaum intelektual melirik kembali masa Yunani dan Rumawi klasik. Konsep humanisme dipandang memiliki kesamaan dengan konsep Yunani kuno tentang bentuk tubuh dan pikiran yang harmonis. Dari permulaan abad ke-19 dan seterusnya, humanisme dipandang sebagai prilaku social politik yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga politik dan hukum yang sesuai dengan ide tentang martabat kemanusiaan.

Humanisme sebagai sebuah term menuai berbagai pemaknaan, tergantung dari berbagai sudut pandang dan tinjauan yang digunakan. A.Lalande, menyebutkan beberapa pengertian humanisme, diantaranya ada yang saling bertentangan. Salah satu pengertian humanisme adalah gerakan humanis di Eropa yang memandang manusia dalam perspektif “manusiawi”
belaka yang bertentangan dengan perspektif religious (agama). Dia juga menyebutkan pengertian humanisme sebagai pandangan yang menyoroti manusia menurut aspek-aspek yang lebih tinggi (seni, ilmu pengetahuan, moral, dan agama) yang bertentangan dengan aspek-aspek yang lebih rendah dari manusia. Ali Syariati menyebutkan pengertian humanisme sebagai
himpunan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan yang berorientasi pada keselamatan dan kesmpurnaan manusia.

Secara umum, humanisme berarti martabat (dignity) dan nilai (value) dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya secara penuh. Kemuliaan manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya
sebagai penguasa atas alam. Gagasan ini mendorong munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal.

Saat ini, konsep humanism tidak lagi dihubungkan dengan orang-orang Eropa, yakni dengan kebudayaan Romawi dan Yunani Kuno. Humanisme berkembvang menjadi gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai sikap dan kualitas etis dari lembaga-lembaga politik yang bertujuan membentengi martabat manusia. perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada masa klasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Dimana perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama renaisans yang terjadi pada abad 16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal dengan nama jaman pemikiran (age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan mengalami kebangkitan setelah lama di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama.

Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan geerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia Eropa sebagai akibat langsung dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan. Pada abad 20 terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat humanis ini adalah berkenaan dengan peran dan kontribusi filsafat eksistensialisme yang cukup memberikan kontribusi dalam filsafat pendidikan humanistic.

b. Pengertian renaisans

Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal zaman modern. Ada juga yang berpendapat bahwa  penemuan benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 M., menandai awal zaman modern. Para ahli yang lain cenderung menganggap era gerakan reformasi keagamaan yang dimotori oleh Martin Luther pada tahun 1517 M., sebagai akhir zaman pertengahan. Namun mayoritas ahli sejarah mengatakan bahwa akhir abad ke 14 sekaligus menjadi akhir zaman pertengahan yang ditandai oleh suatu gerakan yang disebut renaissance pada abad ke 15 dan 16. Dengan demikian abad ke 17 menjadi bagian awal dari zaman filsafat modern.
     
Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan. Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif  itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali. Pada pertengahan abad ke-14, di Italia muncul gerakan pembaruan di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang dipelopori oleh kaum humanis Italia. Tujuan utama gerakan  ini adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Gerakan ini berusaha meyakinkan Gereja bahwa sifat pikiran-pikiran klasik itu tidak dapat binasa. Dengan memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan kembali Gereja yang terpecah-pecah dalam banyak sekte. Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.
     
Zaman renaisans banyak memberikan perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan dan porsi yang lebih besar, karena ada suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan pemecahannya. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia yang dapat merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
      
Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan  era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. Manusia dikenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
     
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.

C. Latar Belakang Lahirnya Humanisme dan Renaissance
        
Humanisme dan renaissance adalah dua gerakan yang tidak bisa dipisahkan, dan mempunyai keterkaitan yang erat.Humanisme bertujuan untuk menggebrak kebekuan gereja yang memasung kebebasan, kretifitas dan nalar manusia, sedangkan renaissance adalah pendobrakan manusia untuk setia dan konstan dengan jati dirinya, dengan kata lain manusia mulai memiliki kesadaran-kesadran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia.
        
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa situasi sebelum era renaissance sedemikian buruknya sehingga para elit gereja yang mengumbar kalim-klaim keagamaan justru tak segan-segan melakukan praktek-praktek tirani, ketidakadilan, dan glamorisme serta menjadikan agama sebagai media untuk meraih kekuasaan dan kedudukan duniawi. Bahkan orang-orang yang saat itu ingin mendapatkan kekuasaan harus menjalin relasi dengan mereka, serta harus tunduk kepada kebesaran dan keagungan kedudukan mereka. Para elit gereja seakan-akan raja-raja untuk langit dan bumi. Pintu surge dianggap tertutup bagi rakyat yang tidak tunduk kepada mereka, dan bahkan rakyat yang tidak tunduk juga diasingkan dari jabatan-jabatan duniawi. Tak cukup dengan mengaku sebagai pengampun dosa, para penguasa di gereja juga mengaku bahwa penjualan tanah surge ada di tangan mereka.
        
Dalam situasi sedemikian inilah Marttin Luther membahanakan teriakan protes dan pernyataan bahwa kunci keselamatan hanyalah kehendak Tuhan,dan keselamatan bisa dicapai tanpa adanya perantara institusi-institusi sedemikian rupa. Di antara sekian banyak ritual suci gereja, Luther hanya menerima upacara pembaptisan.Menurutnya, pengampunan bukanlah pekerjaan para penguasa gereja. Tuhan ada di semua tempat dan menyaksikan segala keadaan. Karena itu hanya Tuhanlah yang mengetahui hamba- hambanya yang salih, bukan para eli gereja. Luther menegaskan ikhtiar dan
kebebasan manusia.
        
Di bawah komando keluarga Medici atau setidaknya pada zaman merekalah para humanis mulai menarik perhatian dan mewarnai opini masyarakat Italia. Kaum Humanis menggiring perhatian rakyat dari agama kefilsafat dan dari langit ke bumi. Sejak zaman Ariosto Ludovico, orang-orang gila ilmu pengetahuan ini mulai tenar dengan nama kaum humanis, sebab mereka membaca telaah kebudayaan klasik tentang humanitas (berkaitan dengan dunia manusia) atau humanuras (kesusastraan yang lebih manusiawi, dan bukan berarti kesusastraan yang lebih berprikemanusiaan, melainkan kesusastraan yang lebih banyak berkaitan dengan dunia manusia), artinya manusia itu sendiri dengan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, keindahan jasmani dengan segala kesenangan dan penderitaan panca indera dan perasaannya dan segala kekuatan akalnya yang menakjubkan. Poin-poin inilah yang mendapat perhatian penuh seperti yang pernah terjadi dalam kesusastraan dan seni Yunani dan Rumawi kuno. Erasmus adalah salah seorang pelopor humanisme yang telah melakukan reformasi keagamaan dalam menghadapi eksklusivitas dan monopoli para elit gereja. Dia berjuang keras untuk menghapus peranan para penguasa gereja sebagai perantara antara Tuhan dan manusia. Dia mengatakan “jalan itu mudah dan terbuka untuk siapa saja. Bekal perjalanan kalian hanya jiwa yang bersih dan lapang serta adanya keimanan yang cemerlang dan murni dalam hati kalian”.
       
Erasmus berpendapat bahwa kitab suci harus disosialisasikan kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah. Dia mengecam keras penyimpangan-penyimpangan teologis yang dilakukan oleh para elit gereja. Dari sisi lain Erasmus juga berusaha menciptakan ikatan yang erat antara era klsik dan ajaran-ajaran Kristen. Ia mengatakan bahwa “bukankah filsafat Al-Masih yang disebutnya sendiri sebagai kelahiran kembali, tidak lain adalah pengembalian fitrah manusia yang pada zaman azali sudah diciptakan dengan bentuk yang sesuai. Beliau juga mengatakan bahwa ajaran-ajaran era klasik menunjukkan kesucian fitrah manusia. Karena itu tidak sepatutnya ajaran-ajaran itu dihindari dengan alas an mengandung politheisme. Erasmus termasuk pencetus pandangan kompromisasi atau pandangan tentang toleransi.
       
Pada abad-abad pertengahan, manusia diposisikan sebagai makhlukyang pasif dan tak punya ikhtiar apapun di depan para elit gereja. Akibatnya, pada era renaissance lahirlah sebuah gerakan dengan misi mengembalikan kebebasan manusia yang telah dinistakan.Mula-mula gerakan ini memperioritaskan reformasi keagamaan, dan setelah beberapa lama secara ekstrim gerakan ini menentang segala sesuatu yang dipaksakan dengan atas nama agama. Pencorengan citra agama yang dilakukan para penguasa gereja abad pertengahan telah menimbulkan sebuah gerakan yang bernama humanisme yang bermula pada era renaissance, sebuah gerakan yang menganggap kebahagiaan manusia hanya bisa dicapai dengan kembali kepada era klasik. Kaum humanis meyakini bahwa manusia pada era klasik telah mengandalkan potensi-potensi wujudnya tanpa keterikatan kepada agama, gereja, dan para penguasa gereja. Jalan kembali kepada era klasik bisa ditempuh melalui perhatian kepada kebudayaan dan kesusastraan klasik.
       
Kaum Humanis memandang penekanan kepada ilmu logika dan ilmu-ilmu teoritas seperti ilmu metafisik sebagai sikap yang kurang patut. Mereka hanya berminat kepada bidang-bidang yang berfungsi langsung dengan kehidupan masyarakat, seperti retorika dan cabang-cabangnya termasuk politik, sejarah dan syair. Selain itu, mereka juga tertarik kepada bidang dialektika atau seni dialog. .secara umum, kaum humanis terikat kepada pemikiran mengenai kedudukan dan potensi manusia di dunia tanpa mempertimbangkan nasib manusia di alam azali.
       
Pada masa kemunculan humanisme, dalam waktu singkat karya-karya sastra dan filsafat Yunani klasik sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan-terjemahan ini memiliki kecermatan yang lebih tajam ketimbang terjemahan yang dilakukan pada abad ke-12 dan 13. Guvarino menerjemahkan karya Strabon dan Plotarckh ke dalam bahasa Latin.Travarsory menerjemahkan karya-karya Divagnos Lairitos, Valla menerjemahkan karya-karya Herodotus, Tosilid, dan Iliad Homer, Proti menerjemahkan karya-karya Polybius, dan Vicino menerjemahkan karya-karya Plato dan Platinus.
       
Di antara sekian karya-karya klasik itu, karya-karya Plato yang paling banyak memukau para humanis. Mereka mengapresiasi dan cemburu menyaksikan kebebasan orang-orang Yunani zaman Socrates yang bisa dengan leluasa mengupas berbagai persoalan agama dan politik yang paling sensitif. Carlo Masopini sedemikian keras mengapresiasi kebudayaan klasik era politis sampai-sampai dia berangan untuk berpaling dari kekeristenan. Tokoh humanis Italia yang paling berkarya dan kontraversial ialah Pod Ju Bratcolini yang memnulis surat-surat kepada Paus Martin V untuk melakukan pembelaan sengit terhadap dogma-dogma gereja.Tetapi kemudian dalam sebuah pertemuan eksklusif dengan segenap karyawan istana Paus, dia tak segan-segan menertawakan keyakinan-keyakinan Kristen.Dia menulis surat-suratnya dengan bahasa Latin yang tidak fasih namun memikat. Lewat surat-surat ini ia mencemooh ketidaksucian para ruhaniwan.
       
Kekeristenan, baik dari aspek teologi maupun moral, sudah kehilangan pengaruhnya terhadap sebagian besar kaum humanis Italia. Kebebasan berpikir dan aktifitas masyarakat Yunani atau masyarakat Rumawi zaman Augustine semakin bangkit kecemburuan mayoritas kaum humanis sehingga menggungcangkan keyakinan-keyakinan mereka sebelumnya kepada prinsip-prinsip Kristen yang menyangkut kerendahan diri, hasrat kepada dunia, dan ketakwaan. Mereka sendiri keheranan mengapa jiwa, raga, dan akal mereka harus tunduk kepada komando gereja, sementara orang-orang gereja sendiri bersenang-senang dan memuja dunia. Bagi kaum humanis, selang waktu sepuluh abad antara Costantine dan Dante merupakan masa yang tragis dan penyimpangan dari jalan yang benar. Legenda mengenai Santa Maria dan orang-orang suci lainnya terhapus dari benak mereka untuk kemudian digantikan dengan lagu-lagu dua jenis Horace, sedangkan gereja-gereja dengan segala kemegahannya mereka anggap sebagai Barbarisme. Inilah secara umum sikap kaum Humanis di mana kekeristenan seakan-akan merupakan mitos.
       
Hal ini dapat di lihat bahwa di mata sebagian kaum humanis, agama dan pencerahan pemikiran merupakan dua kutub yang saling bertentangan. Agama adalah milik masyarakat awam, sedangkan bagi para pemikir, kepatuhankepada agama merupakan prilaku yang menyalahi kebebasan berpikir. Mereka bukannya melenyapkan bencana akibat penyalah gunaan agama yaitu kerakusan, despotism (kezaliman) system gereja yang telah membendung nilai, ikhtiar, dan kebebasan manusia abad pertengahan, tetapi malah sekaligus menyerang dan mencabut akar-akar agama dan keberagamaan.
       
Sebagian besar kaum humanis sudah tidak lagi berpikir tentang alam transcendental, karena mengira pahala hanya terbatas pada kehidupan dunia, kaum humanis berusaha membuat patung-patung orang-orang yang sukses sebagai hadiah untuk mereka. Oleh karena itu, seni humanistic banyak mengacu kepada apa yang disaksikan dan jarang sekali memperlihatkan hasrat kepada ide-ide yang gaib dan tidak tampak oleh mata. Dengan kata lain, seni humanistic lebih merupakan seni realism yang tidak ada hubungannya dengan hakikat. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa gerakan humanistic merupakan manifestasi dari perlawanan dan protes para cendekiawan Italia terhdap pemerintahan dictatorial para elit gereja dan kaum feodalis.

 D.KESIMPULAN

Humanisme adalah martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk menimgkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya secara penuh. Gerakan humanisme adalah gerakan yang merupakan manifestasi dari perlawanan dan protes para cendekiawan Italia terhadap pemerintahan dictatorial para elit gereja, yang memasung kebebasan, kreatifitas dan nalar manusia.
       
Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya.
        
Humanisme dan renaissance adalah dua gerakan yang tidak bisa dipisahkan, dan mempunyai keterkaitan yang erat.Humanisme bertujuan untuk menggebrak kebekuan gereja yang memasung kebebasan, kretifitas dan nalar manusia, sedangkan renaissance adalah pendobrakan manusia untuk setia dan konstan dengan jati dirinya, dengan kata lain manusia mulai memiliki kesadaran-kesadran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia.

Advertiser


EmoticonEmoticon